Sabtu, 07 Januari 2017

Selamat Tinggal 2016 (Part 1)

Selamat tahun baru 2017! Semoga segala impian dan cita-cita yang belum tercapai di 2016 bisa kita raih di tahun ini. 

Sebenarnya postinganku kali ini lebih kearah curhats ya (curhats : curahan hati Siska) silahkan membaca dan semoga bisa mengambil pelajaran yang bermanfaat.

Prolog

Pada perayaan malam tahun baru 2017 aku dan keluarga menginap di sebuah pulau, sejujurnya aku tidak begitu suka dengan suasana pantai dan laut namun saat itu aku merasa tenang duduk sendiri di tepi pantai, bagaimana tidak? Senja disana sangat indah, melihat langit biru yang luas dengan kumpulan awan putih bersinar jingga, hamparan pasir putih yang disambut gulungan ombak, dan lautan lepas yang menari seakan mengajakku tenggelam bersamanya.



Sejenak aku merenung, berpikir bahwa apa yang telah Tuhan berikan padaku sudah sangat luar biasa banyaknya. Aku bersyukur Alhamdulillah karena saat itu aku masih diberikan kesempatan menikmati hidup dipenghujung 2016 dan aku mengerti mengapa Tuhan masih menghidupkanku sampai saat ini, itu karena Tuhan memberikan aku kesempatan untuk memperbaiki keadaan yang aku alami pada masa sebelumnya.

Malamnya, aku dan keluargaku menikmati hembusan angin laut serta pesta kembang api disana, 2017 telah tiba aku menitikkan air mata bukan karena aku kelilipan pasir, bukaan! Tapi karena aku merasa lega dengan berakhirnya 2016.




2016 yang menyakitkan

Buat aku 2016 bukanlah tahun yang mudah. Setiap mengingat betapa sulitnya aku bertahan kala itu, air mata ini selalu menetes.

1. Mama di-PHK (Akhir Desember 2015)

Mama bekerja di salah satu perusahaan swasta itu kurang lebih 30 tahun, setiap hari mama kerja keras buat menghidupi dan menyenangkan aku, hingga apa saja yang aku mau bisa langsung diberikan. Tiba-tiba ada kabar kalau mama sudah gak bekerja. Aku tau mama sedih tapi mama gak menampakkan kesedihan itu di depan aku, mama bilang “Siska gak usah khawatir ya, ga usah mikirin uang jajan siska berkurang, ga usah mikirin ga bisa kuliah. Kalau siska mau main sama temen-temen, mama pasti kasih uang ke Siska kok. Oh iya masalah kuliah, kan masih ada uang dari bapak yaa nanti kalau kurang mama bakal usaha apa aja untuk biaya kuliah Siska. Siska harus tetap semangat ya!” kira-kira itulah yang mama bicarakan ke aku tapi sebenarnya pakai bahasa jawa.

Sedih, mama yang jatuh tapi mama masih bisa menguatkan aku. Ya memang saat itu ada kekhawatiran aku kalau nantinya aku gak bisa kuliah. Saat itu hidupku berubah menjadi lebih hemat, gak bisa sering-sering hangout bareng teman, kalau mau beli sesuatu harus aku pikir perlu banget atau enggak ya?, dan  gak berani minta uang ke mama.

Kemudian mama mencoba usaha dagang nasi, aku gak kepikiran kalau ternyata pekerjaan itu akan lebih merepotkan. Aku harus bangun pagi untuk mengantar barang dagangan mama, sore sampai malam harus bantu menyiapkan sayur-sayuran, mama juga harus masak mulai jam 2 malam karena itu mama jadi sering sakit-sakitan, padahal penghasilannya gak seberapa.

Juli 2016 – gak tega sama kondisi mama yang sering sakit akhirnya aku memutuskan untuk melarang mama berjualan.

Beberapa bulan kemudian Alhamdulillah mama dapat pekerjaan lagi, aku senang melihat mama senyum, bahagia, dan sehat seperti ini.

Pelajaran:
- Senyuman mama adalah kebahagiaan buat aku, aku ngerasain kontak batin yang sangat kuat. Dimana kami berdua sama-sama mencoba menguatkan satu sama lain padahal diri kita masing-masing gak sanggup menahan bebannya.
- Aku mau jadi kayak mama, yang punya disiplin tinggi dalam bekerja, mau berusaha, berjuang dalam kondisi apapun.
- Dari pengalamanku selama berbulan-bulan menahan jajan, ga berani minta uang, dan hidup serba hemat, sekarang aku ngerti pentingnya menabung.

2. Mengejar PTN

Perguruan Tinggi Negeri memang hal yang didamba-dambakan para pelajar, akan mendapat prestis yang tinggi kalau seorang siswa bisa mendapatkannya. Aku termasuk seseorang yang mendamba PTN, aku berjuang keras untuk itu. Sekolah dari pagi sampai siang/sore ( +PM ), disambung les bimbel sampai maghrib malah kadang sampai jam 8 malam (sering kali sampai ketiduran), di rumah masih harus buka catatan untuk sekedar dibaca. Kegiatan itu aku lakukan setiap hari kecuali Sabtu & Minggu. Melelahkan sekali.




Tidak ada yang sia-sia, rutinitasku berbuah manis, raporku selalu bernilai bagus bisa dibilang diatas rata-rata, mama senyum bahagia liat hasil kerja keras anaknya, mama senyum? Artinya aku bahagia.
Begitupun hasil ujian nasional. Aku sangat bangga dengan apa yang aku dapatkan, bermodal kerja keras dan kejujuran akhirnya aku mendapat nilai yang cukup baik pada UN 2016




Bahasa Indonesia: 88,0
Matematika: 92,5
Geografi: 92,0
Ekonomi: 77,5

Yang sangat disayangkan adalah
Sosiologi: 60,0
Bahasa Inggris: 52,0

Sosiologi, aku pikir soalnya akan mudah maka tidak terlalu aku pelajari tapi nyatanya… aku terlalu menyepelekan yang mudah-mudah sehingga itulah hasil yang aku dapat. “Sebesar keinsyafanmu, sebesar itulah yang kau dapat” wejangan dari guru sosiologiku kala itu.

Bahasa Inggris, yaa memang aku tidak mahir dalam berbahasa Inggris ditambah dengan text yang sangat panjang membuatku pusing akhirnya aku asal-asalan dalam mengerjakan soal tersebut.

Kembali ke PTN – Rutinitasku kala itu memang berbuah manis pada rapor dan hasil ujian nasionalku tapi naasnya tidak berbuah manis pada hasil SNMPTN. Aku gagal lolos pada SNMPTN, yang pada saat itu aku memilih:

1. Psikologi – UI
2. Sosiologi – UI
3. Manajemen Komunikasi – UNPAD

Awalnya aku tidak sedih sama sekali, aku langsung berpikir untuk memulai perjuangan baru pada SBMPTN. Di rumah, aku berkabar pada orang tua-ku “Pak, Ma, Siska ga lolos” mereka cuma senyum terus yaa namanya orang tua mereka pasti membangkitkan semangat anaknya “masih ada SBMPTN kan? Jangan menyerah anakku” begitu kata bapak. Tiba-tiba aku menangis, aku merasa gagal saat itu. Tapi mereka selalu ada untukku dan berkata “apapun yang terjadi pasti itu yang terbaik untuk kamu”

SBMPTN

SBMPTN lebih membuatku frustasi dengan soal-soal yang sulitnya minta ampun maka dari itu aku jadi agak males untuk belejar SBMPTN. Setiap hari aku berdoa “Ya Allah, berikanlah tempat yang terbaik untukku. Jika rezekiku ada di SBMPTN maka mudahkanlah namun jika bukan maka bantu aku mengikhlaskannya” itulah yang aku ucapkan hampir setiap hari.

SBMPTN dimulai, aku telat masuk kelas karena ada kesalahan teknis. Nomor ujianku tidak terdaftar ditempat aku mengikuti ujian, akhirnya sekitar 20 menit berlalu aku baru bisa masuk kelas dan mengerjakan soalnya. Ternyata soalnya sangat sulit, aku tidak bisa mengerjakan matematika sama sekali. Yaa OK, aku sudah hopeless namun hati ini tak berhenti berdoa.

Saat pengumuman tiba, ternyata aku tidak lolos dalam SBMPTN. Sungguh tragis kisah ini. Aku kembali menangis namun kali ini lebih kencang dari yang sebelumnya. Aku tau kenapa aku gak lolos dalam SBMPTN, itu karena mamaku tidak mengizinkan aku hidup jauh darinya. Karena pilihanku semua di Bandung

1. Manajemen Komunikasi – UNPAD
2. Humas – UNPAD
3. Pendidikan Geografi – UPI

Akhirnya karena aku mendapat beasiswa di Universitas Gunadarma, aku daftar disitu dengan jurusan yang dari awal sudah aku minati yaitu psikologi. Aku bahagia bahkan sangat bahagia berada disini dengan jurusan yang aku minati, aku nyaman, semua teman-temannya baik, aku suka pelajarannya. Terima kasih ya Allah karena telah mengabulkan doa-ku “berikan tempat yang terbaik untukku”

Pelajaran:
- Tidak ada hal yang sia-sia dalam belajar
- Percayalah bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik
- Minta restu kepada kedua orang tua itu penting untuk melancarkan segala rencana
- Kenali kemampuanmu, jangan paksakan jika tidak mampu
- Bersungguh-sungguhlah dalam mencapai sesuatu
- Jangan menyerah! karena setelah kesulitan pasti ada kemudahan
- Tuhan lebih tau segalanya, ikuti jalannya dengan senang hati maka insha Allah kita akan bahagia
- Jangan pernah ketiduran di les-an hehehe

3. Perubahan kepribadian (Ekstrovert – Introvert)




Sejak kecil aku dikenal sebagai anak yang aktif, ceria, banyak bicara, dll (Ekstrovert) tapi di penghujung masa SMA, aku merasa kepribadianku berubah. Aku mengalami suatu guncangan dalam diri yang tidak dapat aku sampaikan disini, permasalahan yang menimpaku makin sulit untuk aku taklukan seperti banyak dibenci orang, punya musuh, merasa kebahagiaanku terusik. Saat itu aku mulai menjadi seorang introvert, aku suka menyendiri, aku bahagia dengan duniaku sendiri, aku lebih suka memendam rahasia, kepercayaan diriku menurun, aku jadi suka lagu mellow, aku tidak begitu akrab dengan orang sekitar, bahkan teman dekatku pun bisa dihitung jari.

Ada beberapa hal yang tidak dapat aku ungkapkan kepada siapapun dan jujur saja hal itu sangat-sangat megganggu, aku merasa tidak bisa dimengerti lagi. Perubahan kepribadian membuat semua perasaan dan hal-hal dalam diri ini ikut berubah jadi sering gelisah, panikan, selalu murung, merasa tidak cocok dengan orang banyak, individualistis.




Aku lega sekarang lingkunganku yang baru terasa lebih nyaman dan lebih menghargai aku, aku bisa menjadi seseorang yang aku inginkan, aku bebas dan saat ini aku berusaha menjadi seorang ambivert (seimbang antara introvert dan ekstrovert)

Pelajaran:
- Perjuangkan hal yang membuatmu bahagia, jangan biarkan hal kecil merusak kebahagiaanmu
- Bukan orang lain yang membuat kita bahagia tapi kitalah yang membuat diri sendiri bahagia
- Menjadi berbeda itu bukan masalah, karena menjadi sama sudah terlalu mainstream
- Bagaimana kita dapat membahagiakan orang lain kalau diri sendiri tidak bahagia?

4. Relationship

Siapa sangka hubungan aku dan dia akan selesai ditahun ini? Hubungan yang sudah kita jalani kurang lebih sejak 4 tahun yang lalu tiba-tiba selesai pada September 2016. Memutuskan untuk mengakhiri sebuah hubungan bukan perkara yang mudah, butuh konsistensi yang kuat untuk memulai langkah sendiri apalagi 4 tahun bersama bukanlah waktu yang singkat.




Hubungan kita berjalan sangat baik, tapi memang perasaanku yang sedang kacau saat itu sehingga dengan sangat mudah aku mengakhirinya. Terkadang kesalahan kecil yang kita anggap biasa akan menjadi permasalahan besar kalau kita memilih untuk memendamnya saja, karena kesalahan kecil itu akan menggunung dan dapat meledak kapan saja.

Manusia memang tidak ada yang sempurna, dibalik hal-hal menyebalkan yang ada pada dirinya dia adalah laki-laki yang sederhana, manis, perhatian, penyayang. Tak pernah dia mengeluhkan satu hal pun tentang aku, walau banyak yang mencela, menggembor-gemborkan segela keburukanku, tapi dia selalu bertahan pada keyakinannya untukku. Dia yang selalu “bela-belain” aku, tertawa pada guyonanku yang tidak lucu, mendengarkan segala keluh-kesahku. Kebaikannya padaku tidak akan cukup jika aku tulis disini.

Syukurnya sekarang kita masih berteman baik, aku masih siap berada disampingnya saat dia butuh dan begitupun sebaliknya. Jodoh siapa yang tau? Sekarang kita hanya perlu memperbaiki diri masing-masing untuk mempersiapkan diri menuju masa depan yang cerah. Semoga hidup kita bahagia ya, Riz. “Kalau jodoh juga nanti kita bersama lagi kok”




Kata Tulus:
“Izinkan aku pergi dulu, yang berubah hanya tak lagi ku milikmu
Kau masih bisa melihatku, kau harus percaya ku tetap teman baikmu”

Pelajaran:
- Jangan suka memendam masalah sekecil apapun, itu gak baik untuk keharmonisan suatu hubungan
- Cobalah keluar dari zona aman, siapa tau mengasyikkan
- Dunia kita masih luas, lebih baik kita mengembangkan segala kemampuan yang kita miliki agar menjadi pribadi yang mengesankan banyak orang
- Jangan pernah nyuekin pasangan kamu ya, nanti dia ngambek terus minta putus deh wkwk
- Jangan musuhan sama mantan, biarpun mantan tapi setidaknya dia pernah menjadi pelangi di awan kelabu kita dan….. siapa tau nanti kita jodoh terus balikan lagi? Hahaha

Begitulah.

Jadi kalau di luar sana ada yang mengira bahwa hidup aku senang-senang terus, kalian salah besar. Permasalahan diatas sudah cukup menggambarkan bagaimana perjuanganku melawan diri sendiri dan melawan dunia luar dari Januari sampai akhir 2016.

2016 memang bukan tahun yang menyenangkan, melainkan tahun perjuangan.

Terima kasih 2016, terima kasih untuk memberikan aku pelajaran yang sangat luar biasa. Tentu saja hal-hal ini akan membuatku menjadi dewasa dalam melangkah di tahun 2017. Seperti kata pepatah “pengalaman adalah guru terbaik”.

Terima kasih atas jatuh bangunnya, yang sepertinya lebih banyak jatuhnya daripada bangunnya. hehe

 I’m done with you, 2016.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar